Saturday 22 December 2012

Super Speedy, Alien, dan Angklung (Part II)

Tiga tahun sudah setelah berakhirnya ancaman Alien dari Planet GagarinTelkom City semakin berkembang dalam hal teknologi. Kejadian itu juga membuat Alunan Angklung menjadi ciri khas dan identitas Telkom City di mata negara-negara lain. Perkenalkan kembali, Aku adalah Super Speedy, akan selalu hadir di barisan terdepan dalam mempertahankan kedamaian dunia.

Suatu hari aku mendapatkan undangan khusus dari Walikota Telkom City. Aku melihat raut wajah yang tidak enak dari Bapak Walikota. Angklung kita terancam, begitu kata Bapak Walikota. Entah mengapa, Malajusian City, Negara tetangga Telkom City, mengklaim Angklung sebagai kebudayaan mereka. Mereka menuntut agar Telkom City tidak lagi menjadikan Angklung sebagai budaya, kecuali Telkom City memberikan rahasia teknologi  yang terkenal super cepat dari Telkom City. Tentunya Bapak Walikota tidak mau teknologi Telkom City disalahpergunakan, juga tidak ingin hubungan dengan Malajusian menjadi buruk. Aku terkejut, karena selama ini Hubungan Malajusian dengan Telkom City begitu erat. Selain karena serumpun, banyak kerjasama di berbagai bidang yang sudah terjalin antara Malajusian dan Telkom City.

Maka aku melakukan investigasi ke Negeri Malajusian. Di sana aku menyamar sebagai penduduk Malajusian. Tidak lupa aku memasang kamera mata-mata di beberapa titik, tentunya dengan teknologi khusus yang aku adopsi dari Speedy Monitoring. Beberapa hari sudah aku mengumpulkan data dan fakta. Benar menurut dugaanku, ada yang tidak beres dengan Malajusian. Lagi-lagi Alien dari planet Gagarin berbuat onar. Rupanya semua penduduk dan pemerintahan Malajusian sudah berhasil dicuci otak oleh para Alien. Para Alien begitu pintar, setelah menyerah kalah oleh kami 3 tahun lalu, rupanya strategi adu domba yang mereka tempuh. Para Alien nampak semakin siap dan kuat, kali ini mereka menggunakan semacam helm untuk melindungi mereka dari Alunan Angklung juga persenjataan canggih lainnya.



Sialnya penyamaranku diketahui Alien Planet Gagarin. Sedangkan Aku harus kembali ke Telkom City untuk melaporkan semua ini dan mengatur strategi. Para Alien terus mengejar dan menembaki aku dengan sinar laser. Aku yang terpojok sementara bersembunyi di Batu karang besar, tepat di laut lepas Telkom City. Tanpa pikir panjang, aku menghubungi Bapak Walikota lewat Video Call. Untungnya Jaringan Telkomsel begitu stabil meski aku ada dipelosok perbatasan. Aku ceritakan semua yang terjadi dan aku berharap strategi jitu dapat kami temukan.

Fiuh! Setelah berjibaku menghindari kejaran Alien, Akhirnya sampai juga aku di markas rahasiaku. Lantas aku mengakses Telkom Speedy yang super cepat, untuk mengumpulkan data-data penting mengenai Alien Planet Gagarin dan kelemahan-kelemahan mereka. Voila, aku menemukan bacaan sejarah Telkom City masa lalu di website Qbaca. Ternyata para Alien dari Planet Gagarin sudah pernah menyerang Telkom City di masa lalu. Ketika aku hendak mencari tahu lebih dalam, sistem komputerku memberikan peringatan. Komputerku dikirimi Virus dan hendak disadap, siapalagi kalau bukan oleh para Alien. Bersyukur aku berlangganan Antivirus yang aku beli di Konten Speedy. Sistem komputerku aman, sehingga aku bisa mengetahui kelanjutan informasinya. Aku mendapatkannya! Aku mengetahui rahasia kelemahan para Alien, selain dengan Angklung.

Pantas saja selama ini para Alien akan lemah jika diperdengarkan Alunan Angklung, mereka ternyata sangat takut dengan Bambu. Menurut sejarah yang kubaca di Qbaca, pada jaman dahulu kala Nenek Moyang Telkom City berhasil mengusir para Alien dengan senjata dan alat musik Bambu. Bambu Runcing, Tombak dan Panah bambu, Seruling dan Saluang bambu, Angklung, Bambu gayo, Calung, Karinding, Celempung, Butak, Gambang sunda, Tutuba dan masih banyak lagi. Karena hal ini, pantas saja begitu banyak budaya, senjata dan alat musik yang terbuat dari bambu dimiliki Telkom City.

Aku kembali menghubungi bapak Walikota tenatang informasi ini menggunakan Telkom Flexi EVDO yang sangat stabil. Dengan sigap bapak Walikota Telkom City mencanangkan program "Super Bambu". Program ini untuk memberikan informasi kepada penduduk Telkom City bahwa bambu adalah budaya kita dan patut dilestarikan. Tentunya juga untuk membuat kapok para Alien dari Planet Gagarin. Dan kamu juga dapat turut mengusir para Alien dan mempertahankan kedamaian di Telkom City. Karena The World in Your Hand, semua Teknologi canggih di Telkom City dapat kamu pergunakan untuk membantu aku. Turutlah bergabung bersama Super Speedy dengan menggunakan layanan TelkomTelkom SpeedySpeedy MonitoringIndonesia WifiTelkom FlexiUseeTVQbacaKonten SpeedyTelkomselTelkom Vision dan Melon Indonesia. Cari informasi sebanyak mungkin mengenai bambu, jadikan budaya yang baik dan lestarikan demi kedamaian Telkom City.

Penyerangan pun terjadi. Para Alien menginvansi segala penjuru Telkom City. Tetapi kami dan semua penduduk tidak gentar, karena kami sudah lebih siap sebelumnya. Semua bentuk kebudayaan bambu kami gunakan untuk menyerang balik para Alien. Semangat kebersamaan dan nasionalisme penduduk Telkom City begitu besar, dan sekali lagi berhasil menendang Para Alien kembali ke Planet Gagarin.



Sementara dengan para penduduk dan pemerintahan Malajusian, Bapak Walikota mengadakan perdamaian setelah berhasil memulihkan malajusian dari cuci otak Alien. malajusian sangat kagum dengan kebudayaan Telkom City, selain memiliki rahasia Teknologi yang super canggih, juga tetap melestarikan Budaya Nenek Moyang.



Telkom City semakin sejahtera, karena memiliki nilai-nilai budaya yang tetap lestari serta teknologi modern yang berjalan beriringan. Mari bantu Super Speedy untuk melestarikan budaya dengan bersama menggunakan produk dalam negeri dari Telkom .







Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Blog Competition Superspeedy.
#SuperSpeedy #TheWorldinYourHand #TelkomSpeedy





2 comments:

  1. wah... keren banget nih ceritanya... jangan lupa mampir dan komen ya di http://rhianzflash.blogspot.com/2012/12/new-generation-super-speedy-world-in.html

    ReplyDelete
  2. Yerima Kasih. Selamat berkompetisi.. :)

    ReplyDelete